Pangandaran Langganan Banjir
Pangandaran Langganan Banjir
Musim
penghujan mulai tiba, banjir terjadi diberbagai daerah khususnya yang berada di dataran
rendah. Salah satunya di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Pada 6 hingga 7
Oktober 2017 dini hari terjadi banjir dan longsor yang mengakibatkan sekitar
200 rumah terendam banjir dan 4 orang korban jiwa.
Cuaca yang sering tidak terprediksi
dengan intensitas curah hujan tinggi membuat air sungai meluap sehingga
menimbulkan banjir. Dilansir dari Pikiranrakyat.com, setidaknya ada 15 titik
banjir dan 2 titik longsor. Longsor tersebut menimpa dua rumah warga di Dusun
Sangkan Bawan, Desa Kalijati, Kecamatan Sidamulih. Akibatnya empat orang
meninggal dan tiga orang lainnya luka ringan. Menurut Bupati Pangandaran Jeje
Wiradinata, kejadian itu terjadi karena rumah warga tersebut berada dilokasi
rawan bencana.
Banjir setinggi 2 meter itu tidak
hanya merendam rumah-rumah warga, korban jiwa, dan membuat akses jalan terputus
saja. Lahan pertanian warga juga ikut terendam banjir. Warga pun terpaksa gagal
panen. Kendati demikian Jeje Wiradinata mengatakan bahwa ini adalah hal biasa
ketika curah hujan tinggi. Ia juga menambahkan segera dilakukannya pendataan
dan pemetaan pemukiman yang rawan longsor.
Banjir langganan di Pangandaran ini
mendapat perhatian dari istri Wali Kota Bandung, Atalia. Berdasarkan berita
liputan6.com ia datang ke Pangandaran untuk mengunjungi korban banjir di Desa
Bojongsari, Dusun Bojong Tempel, Pangandaran. Daerah tersebut merupakan daerah
yang paling dikhawatirkan sebab banyak pemukiman warga sejajar dengan bahkan di
bawah sungai. Para warga mengeluhkan masalah banjir yang sering terjadi.
Kejadian serupa sempat terjadi setahun
lalu di Pangandaran. Penyebabnya tidak jauh berbeda, membuat 7 dari 10
kecamatan di Pangandaran terkena banjir dan longsor. Tidak memakan banyak
korban jiwa namun sekitar 2000 rumah warga terendam air.
Banjir adalah bencana paling sering
terjadi dan menelan korban jiwa serta hilang paling banyak di Indonesia selama
2017. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, tercatat 640 banjir terjadi sejak
Januari hingga 23 Oktober 2017. Menelan 109 korban jiwa, 86 orang luka-luka,
266.458 rumah terendam, dan 1.889.368 orang terpaksa mengungsi.
Banjir mungkin terdengar biasa oleh
beberapa daerah, akan tetapi dampak yang terjadi bisa jadi tidak main main.
Nyawa bisa menjadi korban. Maka dari itu perlu adanya perhatian khusus bagi
pemerintah daerah.
Bencana alam memang tidak dapat
diperkirakan. Tidak ada pula seorang pun yang menginginkannya. Dan tidak ada
pula yang mampu mengelak-kannya. Akan tetapi, bukan berarti pemerintah dan
warga hanya berdiam diri.
Teknologi yang semakin canggih
seharusnya memberikan solusi bagi masalah di negara ini. Terlebih masalah yang
menyangkut kesejahteraan warga. Pangandaran adalah salah satu dari banyak
daerah yang perlu diperhatikan. Apabila hal tersebut terus dibiarkan maka
korban jiwa dan kerusakan fasilitas warga terus bertambah setiap tahun akibat
banjir dan tanah longsor.
Pangandaran merupakan daerah yang
banyak pemukiman dan lembah sehingga dapat memicu longsor. Dibutuhkan alat
pendeteksi dini atau yang biasa disebut Early Warning. Hal ini dapat mengurangi
terjadinya korban jiwa, karena dengan adanya alat tersebut warga dapat evakuasi
lebih awal.
Solusi SIMINA Banjir
Para remaja penerus bangsa sudah
banyak yang berlaga di ajang internasional. Salah satunya siswa SMKN 2 Cimahi
baru-baru ini membawa pulang piala special
award diajang penemu muda di China. Sistem Navigasi Bencana Banjir atau
SIMINA Banjir temuan Alfa dan Asep ini sudah diuji coba dan berhasil.
Penemuan alat yang dapat
memberitahukan masyarakat kapan banjir datang atau bisa disebut juga alarm
banjir, seharusnya dapat dijadikan salah satu solusi bagi Pangandaran. Selain
itu, dengan alat tersebut warga dapat mengetahui level ketinggian air sungai.
Pangandaran salah satu asset pariwisata milik
Indonesia yang banyak dijadikan pilihan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sangat disayangkan apabila pemerintah dan warganya tidak segera mengatasi hal
ini. Pemerintah daerah harus mengambil cara cepat agar dapat meminimalisir
dampak bencana atau bahkan memberikan solusi terbaiknya.
Semoga banjir seperti ini tidak terjadi lagi Indonesia. Masyarakat juga harus lebih menjaga alam dan lingkungannya agar tercipta daerah yang aman, nyaman, serta jauh dari bencana alam.
BalasHapuswah, hal yang seperti ini sudah jelas-jelas menjadi peristiwa langganan bagi beberapa kota di Indonesia, saya ingat dulu di tempat tinggal saya banjir akan selalu datang di pertengahan tahun, untungnya sekarang curah hujan tidak terlalu tinggi di tempat tinggal saya. hal yang seperti ini seharusnya lebih memerhatikan kondisi lingkungan yang seharusnya menyetop para warga yang membuang sampah disembarang tempat. dan perhatian kepada pemerintah atau gubernur di kota tersebut.
BalasHapus